KOMPAS.com – Perubahan iklim berdampak terhadap tingginya intensitas bencana alam, seperti banjir, rob, kekeringan, angin puting beliung, gagal panen, penurunan produktivitas pertanian hingga munculnya wabah penyakit.
Oleh karenanya, pemilik perusahaan pertanian, khususnya kelapa sawit, diharuskan menerapkan kebijakan pro-lingkungan agar bisa bertahan menghadapi krisis iklim.
Selain kebijakan pro-lingkungan, perusahaan pertanian juga harus memiliki akses modal, kemampuan produksi, adaptasi, dan efisiensi profesional yang baik.
Sejumlah langkah itulah yang dilakukan PT Austindo Nusantara Jaya ( ANJ). Perusahaan agrobisnis ini menetapkan sejumlah langkah utama untuk mengatasi krisis iklim.
Pertama, membuat aksi adaptasi perubahan iklim. Cara ini dilakukan di semua departemen dengan cara penyusunan kajian kerentanan dan risiko yang merujuk pada Sustainable Development Goals (SDGs).
Baca juga: Tingkatkan Perekonomian Desa Kuala Tolak, ANJ Beri Pembinaan Tata Kelola Madu Kelulut
Kemudian pembuatan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengurangan gas rumah kaca (GRK). Lalu pengembangan analisis kerentanan, analisis bencana iklim, dan analisis iklim risiko untuk masa kini dan masa depan.
Adanya sejumlah langkah tersebut salah satunya dituangkan dalam inovasi pertanian berkelanjutan. Inovasi kegiatan praktik agrobisnis sangat diperlukan untuk menjaga keberlanjutan produktivitas perusahaan.
Direktur Teknik Agronomi serta Penelitian dan Pengembangan ANJ Aloysius D'Cruz mengatakan, perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap penurunan kualitas tanah dan air, produktivitas tanaman, ketidakseimbangan unsur hara, dan juga aktivitas penyerbukan buah kelapa sawit.
“Kebijakan inovasi (yang merujuk) terhadap perubahan iklim sangat penting dilakukan. Sebab jika tidak, kami (perusahaan) akan mengalami gagal produksi dan hasil pertanian bisa gagal,” tutur Aloysius dalam wawancara bersama Kompas.com, Senin (13/12/2021).
Ia melanjutkan, selain penciptaan inovasi pertanian berkelanjutan, ANJ terus melakukan sejumlah mitigasi faktor penyebab krisis iklim.
“Kami melakukan sejumlah mitigasi untuk mendukung perbaikan iklim. Contohnya adalah upaya kami di Papua untuk tidak lagi menanami area perkebunan. Ini salah satu bentuk kontribusi kami untuk krisis iklim,” tuturnya.
Perlu diketahui, untuk menghadirkan pertanian berkelanjutan bagi bumi dan masyarakat, ANJ membuat sejumlah inovasi. Salah satunya, inovasi biomassa yang terbuat dari cangkang dan serat kelapa sawit.
Lewat biomassa, limbah diubah menjadi energi. Hal ini merupakan strategi keberlanjutan jangka panjang ANJ.
Biomassa daur ulang pun digunakan untuk menggantikan bahan bakar diesel yang berpotensi memperbesar adanya GRK.
Baca juga: Komitmen Implementasikan ESG, ANJ Raih Penghargaan Disclosure Rating Leadership A
Dengan menggunakan biomassa, ANJ turut menghemat pengeluaran biaya energi hingga mencapai 9 juta dollar Amerika Serikat (AS) pada 2020.
Selain biomassa, ANJ juga membuat kompos dari tandan kosong (EFB) dan limbah pabrik kelapa sawit (POME). Langkah ini merupakan salah satu wujud konkret kebijakan Nol Sampah yang diusung ANJ.
Head of Research and Development ANJ Group Jajang Supriatna mengungkapkan, penggunaan kompos sudah mampu mensubstitusi penggunaan pupuk konvensional.
“Rata-rata dengan penggunaan (pupuk kompos) sekarang itu 50 sampai 75 persen pupuk konvensional dikurangi. Misalnya pupuk konvensional awalnya 10 kilogram (kg) per pokok, sekarang hanya sekitar 3 kg hingga 5 kg saja,” tutur Jajang yang turut hadir pula dalam agenda wawancara, Senin.
Baca juga: ANJ Catatkan Laba Bersih 26,0 Juta Dollar AS pada Kuartal III-2021
Bahkan, kata dia, penggunaan pupuk organik kompos dari tandan kosong dan limbah cair kelapa sawit di lokasi yang sudah ada composting plant telah mencapai 100 persen.
“Penggunaan pupuk organik kompos hampir mencakup 60 persen area kami di kebun Belitung dan Sumatera Utara sesuai kapasitas maksimal produksi. Kami akan membangun composting plant baru di Kalimantan Barat tahun depan dan rencana berikutnya menambah composting plant di Sumatera Utara,” paparnya.
Adapun kebijakan pemupukan kompos organik itu merupakan salah satu komitmen ANJ dalam mewujudkan kebijakan Nol Pembakaran Lahan.
Di samping itu, pemanfaatan limbah dari tandan buah kosong (TBK) menjadi pupuk organik merupakan wujud penerapan “Praktik Pertanian Terbaik” yang sudah dijalankan ANJ sejak 2012.
“Inovasi pupuk organik dari tandan kosong juga secara tidak langsung akan menahan atau menyimpan air dan menjaga kelembapan tanah,” kata Jajang.
Baca juga: Kebijakan Pro-Perempuan ANJ: Kesetaraan Gender dan Pemenuhan Hak Pekerja Perempuan
Implementasi pupuk organik itu sangat membantu perusahaan dalam upaya mencapai target finansial dan nonfinansial, seperti mengurangi biaya operasional perusahaan untuk penggunaan pupuk konvensional hingga memperbaiki kesehatan tanah.
Penggunaan kompos organik seringkali dipadukan dengan Sistem Penyerbukan Terpadu (IPS) yang inovatif.
Melalui IPS, kumbang penyerbuk Elaeidobius kamerunicus bisa secara maksimal melakukan penyerbukan bunga kelapa sawit agar tumbuh menjadi buah.
“Berkat inovasi ini, pada Juli 2021, produksi telah berhasil mencapai 11 sampai 13,5 ton per hektar (ha). Sama halnya seperti tahun lalu, kami ingin melampaui target panen,” ucap Jajang.
Selain itu, saat ini ANJ sedang mengembangkan inovasi konservasi tanah pada saat replanting yang merupakan bagian dari mekanisasi untuk mengurangi erosi tanah dengan menerapkan sistem double-terrace dan wide-terrace.
Baca juga: Upaya ANJ Lindungi Keanekaragaman Hayati Indonesia
Dalam hal preservasi air, ANJ melakukan percobaan fertigasi air yang membantu pengelolaan kelembapan tanah serta pasokan air dan nutrisi secara lebih efisien ke pohon kelapa sawit. Cara ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan air.
Selanjutnya terdapat perbaikan area sempadan sungai dengan konservasi hutan, sehingga air bisa diretensi.
Selain itu, ada pula inovasi pengenalan dan implementasi penyemprotan micron herbi yang membatasi penggunaan bahan kimia ke tanah serta penggunaan electrostatic precipitators (ESP) untuk mengurangi emisi partikulat atau polusi udara.
Lebih jauh, Jajang menerangkan, korporasi saat ini tengah menjajaki riset untuk mengeksplorasi mikroba bermanfaat dari alam sekitar dan perkebunan ANJ.
Riset itu nantinya akan dimanfaatkan untuk pengembangan pengendalian hama secara biologi, pengembangan mikroba dekomposer guna mengurangi pupuk kimia, dan pemanfaatan biomassa buat energi.
Baca juga: Dukung Pengembangan SDM, ANJ Jalankan Program PAUD dan TK di Papua Barat
“Produk yang kami hasilkan (semuanya) sehat. Itu yang dipersiapkan dan dikaji, sehingga karakter ANJ bisa disebut sebagai sustainable plantation,” papar Jajang.
Tak hanya berkutat di sektor kelapa sawit, inovasi berkelanjutan juga dilakukan ANJ di produk pertanian edamame dan sagu. Keduanya merupakan core business yang dijalankan ANJ selain kelapa sawit.
Adapun inovasi di edamame terkait seleksi benih unggul yang dilakukan melalui cara konvensional maupun kultur jaringan.
Di samping itu, ada pula pemanfaatan mikroba bermanfaat untuk pengendalian hama dan pelestarian lingkungan sekitar dengan tanaman inang parasitoid dan predator hama.
Direktur Teknik Agronomi serta Penelitian dan Pengembangan ANJ Aloysius D'Cruz menjelaskan bahwa perusahaan juga menggunakan control droplets applicator yang sangat bermanfaat untuk menghemat penggunaan air.
Baca juga: Kebijakan Keberlanjutan ANJ: ”Road to Net Zero”
“(Pada edamame) kami juga melakukan water recycle atau penggunaan kembali air yang digunakan untuk keperluan tanaman. Hal ini adalah salah satu pengolaan limbah yang kami lakukan dengan menggunakan metode proses osmosis terbalik untuk menyaring dan menggunakan kembali air yang digunakan dalam proses pencucian edamame,” tuturnya.
Sementara itu, pada sagu, ANJ sedang mengembangkan inovasi bibit unggul alami agar tetap menjaga keberlanjutan produktivitas sagu.
“Banyak inovasi yang dilakukan di area pabrik atau proses pengolahan ekstraksi pati sagu, karena dengan proses pengolahan sagu sebelumnya masih mengadopsi proses pengolahan pati selain sagu yang pada beberapa bagian masih belum sesuai,” ujarnya.
Berbagai upaya inovasi terbukti berhasil menunjukkan peningkatan ekstraksi sagu yang awalnya berada pada angka tujuh persen menjadi 15 persen.
Baca juga: Lewat Koperasi, ANJ Dukung Ketahanan Ekonomi Masyarakat Papua Barat
Kualitas sagu yang dihasilkan pun jauh lebih baik dari sagu-sagu yang ada di pasaran pada umumnya.
Lebih lanjut, ada pula inovasi sistem panen sagu dengan digital identifikasi pohon sagu layak panen serta sistem micro planning untuk memastikan lahan operasional ANJ berkelanjutan dan tahan terhadap kerusakan sagu.
“Sama seperti edamame, kami juga mendaur ulang air yang digunakan dalam proses ekstraksi pati dan serat sagu. Kedua proses daur ulang tersebut akan mengurangi pembuangan air limbah dan mengurangi konsumsi air dalam proses operasional kami,” papar Aloysius.
Berkat komitmen dan kegigihan dalam berinovasi secara berkelanjutan, ANJ pun berhasil mendapatkan penghargaan, Environmental, Social, and Governmental (ESG) Awards, ‘Platinum Rank’ Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT), serta mendapatkan nilai 26,1 (medium risk) dari Sustainalytics.
Baca juga: Kinerja Perseroan Meningkat, Wakil Dirut ANJ: Semoga Penguatan CPO Berlanjut
Selain itu, ANJ juga mendapatkan nilai A- untuk kategori Hutan pada unit bisnis kelapa sawit dari Carbon Disclosure Project (CDP) dan nilai 82,9 persen dari Sustainability Policies Transparency Toolkit (SPOTT).
Tidak hanya itu, anak perusahaan ANJ, PT Sahabat Mewah dan Makmur (SMM), berhasil pula meraih Proper Emas pada tahun lalu.
Hal tersebut menjadi pencapaian bagi SMM karena berhasil menjadi perkebunan kelapa sawit pertama di Indonesia yang mendapatkan penghargaan itu.
Atas sederet penghargaan yang didapat, ANJ berkomitmen untuk merangkul semua organisasi dan komunitas untuk terus mengembangkan inovasi berkelanjutan.
Hal itu salah satunya dituangkan melalui berbagai program masyarakat sekitar, baik petani kelapa sawit maupun pertanian umum (pangan).
Baca juga: Warga dan Sekuriti PT ANJ Bentrok, 3 Orang Terluka dan Pos Jaga Rusak
Melalui program Responsible Development (RD), ANJ berusaha mengajak masyarakat sekitar untuk beralih menggunakan inovasi berkelanjutan, seperti inovasi pupuk kompos, asap cair, dan eko-enzim.
Tujuannya adalah untuk mengurangi penggunaan bahan kimia demi meningkatkan produktivitas pertanian dan perbaikan tanah pertanaman.
Selain itu, mereka juga diberi pendampingan untuk menerapkan inovasi tanaman pangan dengan teknik pengairan dan pengendalian penyakit hama terpadu melalui program Tani Mandiri.