KOMPAS.com – Di areal tidak jauh dari Hutan Desa Manjau, Ketapang, Kalimantan Barat (Kalbar), terdapat sebuah lahan nilai konservasi tinggi (NKT) milik PT Kayung Agro Lestari (KAL) seluas 657,22 hektar (ha).
Sebagai anak perusahaan PT Austindo Nusantara Jaya (ANJ), KAL membangun jalur penghubung berupa koridor satwa seluas 7,59 ha.
Kepala Konservasi ANJ Nardiyono menjelaskan, pembangunan koridor tersebut dilakukan untuk melindungi satwa endemik, salah satunya orangutan, agar bisa berpindah tempat dan mencari makan dari hutan desa ke lahan konservasi, begitu pula sebaliknya.
“Kami sebelumnya survei dulu Hutan Desa Manjau. Ada tidak ketersediaan pohon pakan liar. Hasilnya cukup baik, karena kami temukan lumayan banyak populasi orangutan, sehingga dari manajemen kita mengalokasikan area yang sudah ditanam sawit seluas 25 meter x 1,8 kilometer untuk dijadikan koridor satwa,” jelas Nardi dalam wawancara bersama Kompas.com melalui Zoom Meeting, Selasa (3/4/2021).
Baca juga: Dukung Pengembangan SDM, ANJ Jalankan Program PAUD dan TK di Papua Barat
Pengelolaan koridor tersebut, lanjut dia, tidak bisa dilakukan sendirian. Untuk itu, KAL menggandeng sejumlah lembaga swadaya masyarakat dan komunitas setempat, salah satunya Lembaga Pengelola Hutan Desa Manjau.
“Di area ini sekarang sudah menjadi hutan lebat dan sudah pernah dilewati orangutan. Tidak begitu yakin orangutan ini berasal dari area konservasi (Hutan Tanjung Sekuting) atau Hutan Desa Manjau, tapi memang ada sejumlah orangutan yang membuat sarang di sini,” ujarnya.
Bahkan, terang dia, konservasi di Ketapang tersebut terbukti membuahkan hasil. Hal ini didasarkan pada studi salah satu LSM dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) pada 2015 dan 2019.
“Dari tahun 2015 itu ada sekitar 150 orangutan di area konservasi ANJ. Pada 2019, diteliti kembali, sudah ada 200 individu. Ini yang melakukan lembaga yang sama,” terang dia.
Serupa dengan yang ada di Ketapang, ANJ ternyata juga memiliki koridor satwa seluas 1,4 ha yang menghubungan area konservasi perusahaan dengan Hutan Lindung Angkola Selatan di Tapanuli Selatan.
Baca juga: Kebijakan Keberlanjutan ANJ: ”Road to Net Zero”
Untuk diketahui, ANJ menyediakan koridor satwa pada setiap area konsensi atau konservasi, baik koridor alami maupun buatan.
“Koridor alam bisa berupa areal sepadan sungai. Sesuai dengan peraturan bahwa areal sepadan sungai harus menjadi water attachment dan tidak boleh dijadikan lahan perkebunan,” ujar dia.
Permbuatan koridor satwa tersebut, lanjut Nardi, dilakukan agar satwa bisa berpindah dan tidak terjadi penumpukan populasi di satu tempat.
Langkah lain ANJ dalam melindungi hutan beserta flora dan fauna di dalamnya adalah dengan mengajak masyarakat untuk menjaganya. Sebab, banyak masyarakat sekitar yang belum paham mengenai pemanfaatan hutan secara baik dan seimbang.
“Untuk itu kami adakan sosialisasi. Kami ajak mereka untuk ikut menjaga, bersama dengan lembaga Conservation International (CI). Kami bahkan punya Kesepakatan Konservasi bersama Masyarakat (CCA),” tuturnya.
Baca juga: Lewat Koperasi, ANJ Dukung Ketahanan Ekonomi Masyarakat Papua Barat
Kegiatan yang dilakukan pun beragam, salah satunya adalah penanaman beberapa jenis pohon buah yang hasilnya dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Kegiatan ini dilakukan untuk jangka panjang di lingkungan tersebut.
Adapun untuk jangka pendek, Nardi menyatakan bahwa ANJ bersama teman-teman agronomi dan CI, memfasilitasi masyarakat dalam pembuatan kompos dari tandan buah kosong (TBK) kelapa sawit.
“Ini sangat menghemat biaya, sehingga masyarakat tidak perlu membeli pupuk berlebihan,” terangnya.
Nardi melanjutkan, di Desa Bina Sari yang terletak tidak jauh dari Hutan Lindung Angkola Selatan, masyarakat melalui Koperasi Tani Binasari (Koptansari) melakukan sejumlah program perusahaan. Salah satu program yang dilakukan adalah skema pola mitra atau petani plasma.
Lewat skema itu, petani menyerahkan segala pengelolaan kebun sawit kepada perusahaan. Namun, mereka punya hak untuk mengawasi pengelolaan yang dilakukan ANJ.
Baca juga: Kinerja Perseroan Meningkat, Wakil Dirut ANJ: Semoga Penguatan CPO Berlanjut
“Petani sebagai pemilik lahan hanya diwajibkan membayar biaya operasional pembangunan kebun sesuai lahan dan sisanya diserahkan ke petani,” kata dia.
Menurut dia, skema itu terbukti membantu para petani sawit sekitar. Sebab, banyak petani yang bersemangat melaksanakan pembangunan kebun sesuai yang dipraktikkan perusahaan.
“Karena mereka melihat hasil plasma jauh lebih baik dari kebun yang dibangun sendiri,” ujarnya.
Nardi bercerita, pada kisaran 2012-2014, terjadi banyak pembalakan liar di sejumlah area konservasi ANJ. Pihak perusahaan lantas melakukan sosialisasi kepada para pembalak liar.
“Kami datangi satu per satu dan kami katakan bahwa ini area konservasi ANJ dan tidak boleh menebang pohon sembarangan. Kebetulan saat itu kami sedang membangun kebun dan kami tawarkan pekerjaan kepada mereka,” jelasnya.
Baca juga: Warga dan Sekuriti PT ANJ Bentrok, 3 Orang Terluka dan Pos Jaga Rusak
Hasilnya, kata dia, hampir 80 persen pembalak liar kini menjadi karyawan perusahaan ANJ. Tiga di antaranya bahkan menjadi anggota Tim Satuan Tugas (Satgas) Konservasi ANJ.
“Jadi awalnya mereka yang menebang pohon secara liar itu mengajak teman-temannya untuk tidak menebang. Rasa sungkan itu akhirnya muncul. Jadi selain volunteering secara langsung, mereka juga mendapatkan hasil,” tutur Nardi.
Di samping penebangan pohon liar, ANJ juga kerap menemui masalah satwa liar masuk ke pemukiman penduduk.
Untuk mengatasi hal tersebut, Nardi menjelaskan, ANJ bekerja sama dengan beberapa pihak yang punya keahlian mitigasi konflik satwa liar dengan manusia, seperi BKSDA dan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI).
Sejalan dengan itu, tambah dia, ANJ terus melakukan penyadartahuan kepada masyarakat mengenai apa yang harus mereka lakukan ketika ada satwa yang masuk ke kawasan warga.
Baca juga: Susuri Sungai dan Terobos Hutan demi Kembalikan Orangutan Gisel ke Habitatnya
“Karena kalau boleh jujur tidak semua satwa itu berasal dari lahan konservasi. Banyak dari mereka yang keluar dari hutan-hutan yang kualitasnya sudah menurun,” jelas dia.
Nardi mengungkapkan, pihaknya bahkan telah menyusun prosedur perlindungan flora dan fauna yang dilindungi.
“Ini menjadi salah satu pegangan untuk melakukan praktik-praktik pengelolaan satwa liar yang ada di unit perusaahan kami,” sebutnya.
Nardi menjelaskan, langkah konservasi lain yang dilakukan ANJ adalah melalui program “PENDAKI” yang merupakan singkatan dari Peduli Keanekaragaman Hayati. Program ini menawarkan pendekatan citizen science inovatif atas pemantauan keanekaragaman hayati.
Ide tersebut berangkat dari adanya peningkatan jumlah fauna dan flora terancam punah di daftar merah spesies kritis, terancam punah, dan rentan International Union for Conservative Nature (IUCN) yang tercatat di wilayah operasional dan konservasi ANJ.
Baca juga: Animals Gone Wild: Orangutan Evacuated after Entering Village in East Kalimantan, Indonesia
Banyaknya karyawan yang bersinggungan dengan kehidupan liar setiap hari tentu bisa menjadi sarana baik untuk mewujudkan program ini. Lewat ponsel masing-masing dan formulir yang diberikan oleh tim konservasi, mereka bisa memberi tahu temuan fauna dan flora yang di jumpai di lapangan.
“Ini berlaku untuk semua karyawan di seluruh wilayah operasional, baik di area konservasi maupun di perkebunan. Kami juga menggunakan pihak ketiga (luar) untuk membantu meninjau data-data baru,” jelasnya.
Nantinya, lanjut Nardi, data-data flora dan fauna yang terkumpul akan dimasukkan dalam data base keankeragaman hayati yang akan dipublikasikan dalam website khusus.
“Dengan adanya program ini, para karyawan bisa punya sense of belonging atau rasa mencintai dan ingin menjaga berbagai flora dan fauna yang ada di luar sana,” harapnya.
Presiden Direktur (Presdir) ANJ Istini Siddharta menjelaskan, dalam mengembangkan kegiatan konservasi, ANJ selalu berpegang teguh pada triple bottom line (TBL) perusahaan, yakni people, planet, and prosperity.
Baca juga: Menjaga Populasi dan Habitat Orangutan di Lansekap Sungai Putri-Taman Nasional Gunung Palung
“Sistem operasional ANJ selalu berpedoman terhadap responsible development. Bagaimana menyeimbangkan antara perkembangan kelapa sawit sebagai core bisnis dengan lingkungan dan kesejahteraan rakyat,” kata Istini yang juga hadir dalam wawancara bersama Kompas.com, Selasa.
Ia berujar, ANJ selalu memantau dan menilai inisiatif konservasi melalui kerja sama dengan ilmuwan dan pakar lingkungan dalam mengelola perkebunan sebagai kawasan konservasi keanekaragaman hayati.
Salah satu kebijakan keberlanjutan ANJ, sebut dia, erat kaitannya dengan no deforestation, no peat, and no exploitation (NDPE).
Lewat kebijakan tersebut, ANJ tidak akan mengembangkan kebun kelapa sawit di hutan primer dan akan selalu memprioritaskan konservasi hutan. Area dengan stok karbon tinggi (SKT) yang telah diidentifikasi secara independen, tidak akan dibuka untuk pengembangan kelapa sawit, sesuai dengan protokol Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
Baca juga: Orangutan yang Masuk Perkampungan di Kaltim Ditangkap Setelah 3 Hari Dicari di Hutan
“Kelestarian alam itu penting sekali. Kalau kami buka semua hutan, ketika kering dan tidak ada air, terus bagaimana? Serangga-serangga yang melakukan polinasi di bunga-bunga kelapa sawit juga tidak akan ada. Jadi keberlangsungan usaha kami tergantung kepada inti keseimbangan tiga hal itu tadi, people, planet, and prosperity,” ujarnya.
Menurut dia, berbagai upaya menjaga kelestarian alam bahkan sudah mulai diterapkan dalam internal ANJ sendiri.
ANJ saat ini sedang mempertimbangkan peggunaan bio compressed natural gas (bio-CNG) atau biomethane yang berasal dari pemurnian biogas, untuk mengurangi penggunaan diesel untuk transportasi, atau biogas juga dapat dijadikan tenaga listrik. Kedua hal ini akan mengurangi efek GHG dari operasi ANJ.
Selain itu, Istini memberikan contoh lain, yakni upaya pengurangan carbon footprint di Papua, khususnya hal yang menyangkut makanan.
Baca juga: Viral, Video Orangutan Diselamatkan Warga, Ini Update Terbarunya
“Makanan untuk kami itu dibawa jauh sekali. Mi instan, misalnya, dibawa dari pulau Jawa ke Papua, berarti carbon footprint-nya besar. Bungkusnya dibuang di sana, mengotori sungai. Nah, dari sini kami membuat inisiatif bakmi dari sagu. Ini merupakan ambisi internal dari kami untuk mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan,” tuturnya.
Tak hanya itu saja, sebagai upaya mendukung responsible development, ANJ mengharuskan setiap jajaran karyawan dan direksi untuk terlibat langsung dalam program-program lingkungan.
Mulai dari pemilahan sampah, daur ulang plastik sebagai bahan konstruksi, ekowisata Belitung, pertanian sayuran di Papua, microbanking koperasi simpan untuk warga Papua, integrasi rantai pasokan dengan memfasilitasi pembentukan koperasi transport, dan lain-lain.
“Setiap orang harus ikut proyek responsible development. Mereka bebas memilih proyek. Ada yang mau ikut program PENDAKI saja, karena suka foto-foto, ya silakan, sesuai keinginan sendiri,” ucapnya.
Baca juga: Viral, Video Orangutan Jalan-jalan Masuk Permukiman Warga di Kalimantan, BKSDA: Habitatnya Rusak