KOMPAS.com – Salah satu produsen edamame atau kedelai sayur (vegetable soybean), PT Gading Mas Indonesia Teguh (GMIT) yang merupakan anak perusahaan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJ), terus mengembangkan komoditas bisnisnya ke mancanegara.
Presiden Direktur GMIT Erwan Santoso mengatakan, komoditas edamame memiliki potensi ekonomi yang baik untuk pasar ekspor, terutama pasar Jepang.
“Potensi ekspor edamame sangat masih sangat besar, saya yakin kita masih mampu untuk meningkatkan dan bersaing secara kualitas dengan Taiwan, China, dan Thailand,” katanya.
Dia mengatakan itu saat menerima kunjungan tiga kementerian, yakni Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian), Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM), dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi ( Kemendes PDTT), di Jember, Jawa Timur, Jumat (6/6/2021).
Potensi ekspor komoditas tersebut telah dibuktikan GMIT karena telah mengekspor 42 ton edamame beku dengan standar kualitas tinggi ke pasar Jepang.
Baca juga: Potensi Ekspor Edamame Jember Besar, Petani Bakal Digandeng untuk Budi Daya
Ekspor tersebut merupakan kerja sama produsen asal Jember tersebut dengan Asia Foods Group yang sudah berpengalaman di bidang pengolahan edamame beku.
Erwan menjelaskan, GMIT telah bekerja sama dengan 38 petani lokal sebagai pemasok edamame yang dihasilkan dari lahan seluas 165 hektare (ha) di Jember dan daerah sekitarnya.
“Selain edamame, kami juga sedang mengembangkan potensi ekspor untuk komoditas okra dan hortikultura lainnya,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.
Erwan berharap, hal tersebut dapat meningkatkan kontribusi devisa bagi negara serta peningkatan perekonomian di Kabupaten Jember.
“Dengan kemitraan model Kerja Sama Operasional (KSO), para petani mendapatkan akses informasi dan pembinaan dari asisten lapangan kami,” imbuhnya.
Adapun, kunjungan tiga kementerian di ANJ untuk meninjau kebun edamame petani mitra GMIT serta membahas sinergi pengembangan edamame sebagai komoditi ekspor andalan Jember.
Baca juga: 8 Manfaat Edamame untuk Kesehatan, Camilan Sehat nan Murah
Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura Kemenko Perekonomian Yuli Sri Wilanti mengatakan, perlu adanya kolaborasi dalam upaya memenuhi kebutuhan di pasar domestik dan ekspor yang tinggi.
Kolaborasi tersebut dapat dimulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, petani edamame, dan sektor swasta untuk membangun ekosistem bisnis terintegrasi, sehingga dapat meningkatkan produksi dan daya saing.
“Pencapaian ekspor edamame yang telah berjalan dengan baik memberikan kontribusi positif bagi perekonomian daerah serta peningkatan devisa negara,” terangnya.
Yuli pun berharap, kemitraan yang telah terjalin antara GMIT dengan petani binaan dalam bentuk KSO dapat meningkat, khususnya dalam menjaring petani muda.
Pada kesempatan yang sama, Asisten Deputi Pengembangan Ekosistem Pengembangan Bisnis Kemenkop UKM Dewi Syarlien mengatakan, pihaknya akan bekerja sama dengan politeknik di Jember untuk pelatihan cara berkoperasi.
Baca juga: Makin Diminati Petani, Serapan KUR Pertanian Tembus Rp 30,5 Triliun
Pelatihan ini dimaksudkan agar semakin banyak lagi pemuda yang menjadi wirausahawan.
“Selain itu, kami berharap para petani muda edamame dapat mengubah cara pandang mereka dari petani biasa menjadi petani inovatif untuk menjadikan edamame sebagai penguat ekonomi setempat,” jelasnya.
Harapan yang sama juga disampaikan Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga Kemendes PDTT Samsul Widodo.
Menurutnya, potensi budidaya edamame menjadi peluang bagi pemuda desa untuk bertani karena pangsa pasar edamame sudah jelas dan cukup menjanjikan.
Oleh karenanya, lanjut Samsul, tim dari Kemendes PDTT sedang melakukan kunjungan ke desa-desa untuk mencari peluang pengembangan ekonomi pedesaan.
“Salah satu yang ingin kami jajaki adalah dengan GMIT terkait budidaya edamame yang dapat dilakukan melalui badan usaha milik desa (Bumdes),” terangnya.
Baca juga: Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia dan KLHK Beri Pelatihan untuk Petani Hortikultura