Peringati Hari Ozon Nasional, Ini Upaya MDKA Dukung Target Net Zero Emission 2060 Pemerintah

Kompas.com - 11/09/2024, 16:58 WIB
Inang Sh ,
A P Sari

Tim Redaksi

Salah satu tambang PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
DOK. Humas Merdeka Copper Gold (MDKA) Salah satu tambang PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

KOMPAS.com - Setiap tanggal 9 September, masyarakat Indonesia memperingati Hari Ozon Nasional, sebuah momen untuk mengingat pentingnya lapisan ozon yang melindungi kehidupan di bumi. 

Ozon terbentuk secara alami di lapisan stratosfer, sekitar 20−35 kilometer (km) di atas permukaan Bumi dan berperan sebagai perisai yang menyerap radiasi ultraviolet (UV) berbahaya dari matahari. 

Namun, aktivitas manusia menyebabkan kerusakan pada lapisan vital ini dengan melepaskan emisi zat perusak ozon (ozone depleting substances atau ODS), seperti klorofluorokarbon (CFCs) dan halon.

Di sisi lain, pemanasan global akibat gas rumah kaca (GRK) juga bisa memengaruhi suhu di stratosfer, tempat lapisan ozon berada. Dengan demikian dapat memengaruhi proses alami pembentukan dan penghancuran ozon. 

Oleh karenanya, pengurangan emisi gas rumah kaca dan zat perusak ozon penting untuk menjaga kestabilan iklim dan melindungi lapisan ozon.

Untuk mengurangi kerusakan ozon, dunia internasional melalui Protokol Montreal pada tahun 1987 sepakat mengurangi dan akhirnya menghapuskan penggunaan zat perusak ozon. 

Baca juga: Zat yang Dapat Merusak Lapisan Ozon di Atmosfer

Seiring dengan itu, berbagai industri, termasuk industri pertambangan, juga didorong untuk mengurangi emisi karbon yang berkontribusi terhadap perubahan iklim dan kerusakan ozon. 

PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) adalah salah satu perusahaan yang secara aktif berpartisipasi dalam upaya global tersebut.

Sejalan dengan target nasional yang ditetapkan pemerintah melalui Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia, MDKA menetapkan komitmen dalam mengurangi emisi karbon. 

Sustainability Manager MDKA Bahtiar Manurung mengatakan, pihaknya memiliki peta jalan untuk mencapai pengurangan emisi karbon hingga nol, untuk mendukung target pemerintah dalam Net Zero Emission (NZE) 2060.

Pertama, MDKA berkomitmen sesuai mengurangi emisi GRK sebesar 29 persen atau sesuai target NDC Indonesia (sebelum di-update menjadi 31,89 persen) dan mencapai NZE pada 2050.

“Kami menjadi salah satu perusahaan Indonesia yang menerbitkan target NZE pada tahun 2050 atau lebih dini dari target Indonesia pada tahun 2060,” katanya kepada Kompas.com, Rabu (4/9/2024).

Kedua, untuk mencapai target itu, MDKA telah merancang kebijakan perubahan iklim yang disebut Climate Change Policy. 

Baca juga: Perubahan Iklim Sebabkan 400 Juta Siswa Terdampak Penutupan Sekolah

Kebijakan itu menegaskan komitmen MDKA untuk mendukung Perjanjian Paris dalam menjaga kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celsius dibandingkan dengan level pra-industri. 

Bahtiar menambahkan, perusahaan juga menyusun Net Zero Roadmap yang menjadi panduan dalam mencapai target NZE.

Ketiga, MDKA menerbitkan Supplier Sustainability Code of Conduct atau Kode Etik Keberlanjutan Pemasok yang mendorong pengurangan emisi karbon di semua lini bisnis dan rantai pasok.

Dia pun mengatakan, pengurangan emisi karbon di Merdeka juga bertujuan untuk mengantisipasi pajak karbon yang mungkin diberlakukan untuk perusahaan di sektor tambang di masa depan.

Menurutnya, pajak karbon bisa menjadi salah satu tools untuk mendorong perusahaan-perusahaan mengurangi emisi karbon.

Langkah-langkah konkret MDKA kurangi emisi 

Dalam upaya mencapai komitmen pengurangan NZE, MDKA telah mengimplementasikan berbagai program dan langkah konkret. 

Pertama, MDKA menerapkan strategi substitusi energi dengan menggunakan energi terbarukan dari sumber panas bumi dan panel surya.

Baca juga: Tegakkan Prinsip Keberlanjutan, Merdeka Copper Gold Gali Produk Baru dari Bekas Tambang   

Bahtiar memaparkan, Tambang Emas Tujuh Bukit atau PT Bumi Suksesindo (BSI) di Banyuwangi telah 100 persen menggunakan listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang bersumber dari energi terbarukan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sejak 2022. 

Kemudian, di Tambang Tembaga Wetar, MDKA bekerja sama dengan kontraktor membangun panel surya di wilayah Tambang Tembaga Wetar. Sejak tahun 2022, Tambang Tembaga Wetar telah menggunakan seluruh listrik yang dihasilkan dari panel surya tersebut. 

Kedua, MKDA secara berkelanjutan melakukan efisiensi energi. Salah satunya, MDKA menggunakan genset yang lebih hemat bakar sehingga bisa mengurangi pemakaian solar hingga 10 persen.

Tidak hanya itu, Grup Merdeka menggunakan pula biofuel 35 (B35) atau bahan bakar dengan 35 persen kandungan minyak kelapa sawit di seluruh operasi pertambangan, termasuk kegiatan operasional kontraktor untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.

Ketiga, MDKA menjalankan program offsetting untuk mengimbangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan yang tidak dapat dihindarkan. Program tersebut mencakup berbagai inisiatif, seperti penanaman mangrove, rehabilitasi daerah aliran sungai, dan penanaman pohon. 

MDKA menjalankan program offsetting lewat berbagai inisiatif, salah satunya penanaman pohon. 
DOK. Humas Merdeka Copper Gold (MDKA) MDKA menjalankan program offsetting lewat berbagai inisiatif, salah satunya penanaman pohon.

Program-program tersebut tidak hanya bertujuan mengimbangi emisi karbon yang dihasilkan, tetapi juga mendukung konservasi lingkungan secara keseluruhan.

Baca juga: HUT RI Ke-79, Upaya Merdeka Copper Gold dalam Hadirkan Pemerataan Pembangunan

“Net Zero Roadmap dan program-program pengurangan emisi karbon akan kami review terus-menerus karena penetapan NZE kami susun saat bisnis Merdeka belum mencakup tambang dan smelter nickel,” tegas Bahtiar.

Inovasi untuk mendukung pengurangan emisi karbon

Sebagai upaya meningkatkan efisiensi, MDKA juga meningkatkan nilai dari bijih tembaga sisa yang disebut pirit dengan mengirimkannya ke anak perusahaan di Morowali dan mengolahnya menjadi bahan baku baterai.

Environment Manager MDKA Eben Ezer Sirait mengatakan, pihaknya selain bijih nikel limonit dari tambang di Konawe, juga menyuplai asam sulfat dan uap bertekanan dari pabrik pengolahan piritnya ke pabrik ekstraksi nikel yang menggunakan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) yang lebih efisien dalam hal penggunaan energinya.

Dia menyebutkan, teknologi HPAL kurang lebih menghasilkan suhu mencapai 250 derajat Celcius, sedangkan Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) kurang lebih mencapai 1400 derajat Celcius.

“Dalam hal penggunaan energi, teknologi RKEF jauh lebih besar. Artinya, bisnis MDKA betul-betul mendukung efisiensi energi dalam mengekstraksi nikel dengan teknologi HPAL,” jelasnya.

Eben menyebutkan, MDKA sedang mengembangkan juga pabrik HPAL, artinya kami akan membangun sebuah ekosistem nikel yang lebih ramah lingkungan dan efisien dalam hal penggunaan energi,” ungkapnya.

Baca juga: Lestarikan Lingkungan, MDKA Tanam 1.000 Bibit Mangrove di Jakut dan Bekasi

Pada gilirannya, ekosistem baterai tersebut akan mendukung tujuan dekarbonisasi dan efisiensi energi.

Eben menambahkan, dalam hal keselamatan pekerja sekaligus efisiensi, MDKA menerapkan desain jalan sesuai ketentuan di bidang pertambangan mineral dan batu bara yang bisa meminimalkan konsumsi bahan bakar.

“Kalau menginjak gas lebih dalam berarti lebih boros. Desain jalan yang sesuai akan meminimalkan konsumsi bahan bakar,” ungkapnya.

Kemudian, MDKA memperhatikan pula kesesuaian jumlah alat gali dan alat angkut agar tidak sampai menunggu karena akan menambah konsumsi bahan bakar.

Tak hanya itu, MDKA selain alasan keselamatan kerja meminimalkan penggunaan kendaraan ringan dengan menggunakan shuttle bus bagi para karyawan, salah satunya di BSI. 

“Anggaplah lima kendaraan ringan diganti dengan satu bus yang bisa mengangkut sekitar 30 orang. Ini akan jauh lebih efisien dan meminimalkan bahan bakar,” ungkapnya.

Melibatkan rantai pasok dan pekerja

Lebih lanjut, MDKA menerapkan Kode Etik Keberlanjutan Pemasok sebagai persyaratan kepada semua pemasok yang melakukan bisnis dengan MDKA. Hal ini bertujuan agar pemasok dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan komitmen keberlanjutan MDKA.

Baca juga: MDKA Transisi Energi Terbarukan Berkala di Lokasi Operasional

MDKA juga menyosialisasikan Climate Change Policy kepada seluruh supplier dan melakukan monitoring, salah satunya dengan penggunaan aplikasi berbasis web yang mengukur emisi karbon dari seluruh anak perusahaan MDKA. 

Eben mengatakan, aplikasi tersebut telah “terakreditasi” oleh Global Reporting Initiative (GRI), organisasi standar independen internasional yang membantu dunia usaha, pemerintah, dan organisasi lain memahami dan mengomunikasikan dampaknya terhadap isu-isu, seperti perubahan iklim, hak asasi manusia, dan korupsi. GRI dipercaya banyak pihak untuk penyusunan laporan keberlanjutan di dunia sehingga keakuratannya diakui.

“Dengan aplikasi ini akan ketahuan per bulan apakah mengalami peningkatan atau penurunan emisi karbon,” ujarnya. 

Lebih lanjut, Bahtiar menyatakan bahwa MDKA menerapkan gaya hidup ramah lingkungan kepada seluruh pekerja dengan meningkatkan kesadaran dalam mengurangi emisi karbon.

“Melalui intranet yang hanya bisa diakses karyawan, MDKA secara rutin menyosialisasikan kegiatan kami dalam pemeliharaan lingkungan. Selain itu, kami juga menyampaikan upaya-upaya dan pencapaian kami di bidang pengurangan emisi karbon dan pemeliharaan lingkungan kepada seluruh pemangku kepentingan kami melalui website MDKA,” katanya.

Bahtiar menyebutkan, pihaknya menggelar pula kegiatan voluntary basis untuk melakukan aksi pemeliharaan lingkungan dengan sekolah-sekolah untuk pembuatan lubang biopori.

Tak hanya itu, MDKA juga turut bekerja sama dengan non-governmental organization (NGO) untuk merawat tanaman mangrove hasil dari aksi penanaman mangrove.

Bahtiar berharap, pemerintah mendukung inisiatif-inisiatif dalam mengurangi emisi karbon, salah satunya dengan memudahkan perizinan pengembangan sumber energi terbarukan.

Baca juga: Tekan Emisi, MDKA Tanam 1.000 Mangrove di TWA Angke dan Muara Gembong

Ia mengatakan, MDKA pun menjadi anggota dari United Nations Global Compact yang mendorong perusahaan-perusahaan untuk menerapkan prinsip keberlanjutan.

Lewat badan yang diketuai oleh Sekjen PBB itu, MDKA mengikuti sharing terkait inisiatif-inisiatif pengurangan emisi karbon dari perusahaan sejawat.

Bagikan artikel ini melalui
Oke