MDKA Ingin Jadi Pemain Kunci di Industri EV, Albert Saputro Beberkan Strateginya

Kompas.com - 04/12/2024, 09:00 WIB
Dwi NH,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

Corporate Communication PT Merdeka Copper Gold, Tbk DOK. Corporate Communication PT Merdeka Copper Gold, Tbk (MDKA) Corporate Communication PT Merdeka Copper Gold, Tbk

KOMPAS.com - PT Merdeka Copper Gold Tbk (IDX: MDKA) berkomitmen untuk menjadi salah satu pemain utama dalam industri kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) dengan strategi hilirisasi yang terencana.

Dengan mengelola tambang nikel dan kobalt di Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), MDKA memiliki cadangan yang signifikan, yaitu sekitar 13,8 (Kadar Ni 1,22 persen) juta ton nikel dan 1,0 juta ton kobalt (Kadar Co 0,08 persen) dengan umur tambang selama multi dekade.

Presiden Direktur MDKA Albert Saputro menjelaskan bahwa 77 persen dari cadangan nikel terdiri dari limonit atau nikel kadar rendah, yang sebelumnya dianggap sebagai material tak berguna.

“Namun, dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL), nikel kadar rendah ini kini menjadi komoditas penting untuk bahan baku baterai EV,” ujarnya kepada Kompas.com.

Baca juga: Baterai Litium-Sulfur Ultra Fast Charging Jadi Solusi Mobil Listrik Jarak Jauh

Albert mengungkapkan bahwa MDKA berkomitmen untuk memanfaatkan potensi tambang secara optimal dengan fokus pada hilirisasi.

Ia menyoroti bahwa menjual bijih nikel secara langsung memiliki nilai ekonomi rendah. Oleh karena itu, MDKA berencana untuk meningkatkan nilai tambah melalui proses lanjutan, termasuk pembangunan proyek HPAL.

"Ini adalah bagian dari strategi kami untuk mengomersialisasikan tambang dengan lebih efektif," jelas Albert.

MDKA, melalui anak usahanya, PT Merdeka Battery Materials Tbk (IDX: MBMA), tengah mengembangkan beberapa pabrik pengolahan HPAL.

Baca juga: Kemenperin Dorong Investasi Pabrik Otomotif di Indonesia

MBMA menjalin kemitraan dengan GEM Co., Ltd. untuk pabrik HPAL dengan kapasitas 30.000 ton nikel dalam Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) per tahun, yang dijadwalkan selesai pada akhir 2024.

Selain itu, MBMA juga bekerja sama dengan Brunp CATL untuk proyek pabrik HPAL berkapasitas 60.000 ton MHP per tahun yang diharapkan beroperasi pada 2026.

Tidak hanya itu, MDKA juga mengendalikan saham mayoritas PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI), yang mengelola Proyek AIM (Acid, Iron, Metal).

Proyek AIM ini berlokasi di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dan dirancang untuk mengolah bijih sisa dari Tambang Tembaga Wetar menjadi berbagai produk, termasuk asam sulfat dan spons tembaga.

Rencana hilirisasi dan pengembangan industri masa depan

Corporate Communication PT Merdeka Copper Gold, Tbk.DOK. Corporate Communication PT Merdeka Copper Gold, Tbk (MDKA) Corporate Communication PT Merdeka Copper Gold, Tbk.

Dalam kesempatan tersebut, Albert menegaskan bahwa MDKA akan terus mengevaluasi potensi hilirisasi.

"Kami menyadari bahwa hilirisasi sering menghadapi dilema 'chicken and egg', di mana investasi pada tahap berikutnya sulit dilakukan tanpa hasil dari tahap sebelumnya,” imbuhnya.

Untuk itu, lanjut Albert, MDKA fokus pada pembangunan proyek HPAL sebagai langkah awal yang konkret. Proyek HPAL ini akan direalisasikan dalam tiga hingga lima tahun ke depan.

Ia menyebut bahwa output dari HPAL nantinya akan menjadi bahan baku penting untuk pengembangan industri yang lebih lanjut.

Baca juga: Imbas PPN 12 Persen, Pendapatan Industri Asuransi Umum Bisa Tergerus

“Langkah ini diharapkan dapat mendukung perkembangan industri kendaraan listrik dan industri lainnya di Indonesia,” imbuh Albert.

Saat ini, MDKA memproduksi dua jenis produk nikel, yaitu nickel pig iron (NPI) untuk industri stainless steel dan nickel matte yang bisa digunakan untuk pembuatan baterai.

"Setelah HPAL, kami juga berencana mengembangkan produksi mixed hydroxide precipitate, yang digunakan dalam proses pembuatan nikel lebih lanjut,” ucap Albert.

Peran dalam pengembangan industri kendaraan listrik nasional

Corporate Communication PT Merdeka Copper Gold, TbkDOK. Corporate Communication PT Merdeka Copper Gold, Tbk (MDKA) Corporate Communication PT Merdeka Copper Gold, Tbk

Dalam perkembangan industri kendaraan listrik nasional, Albert mengungkapkan bahwa MDKA berfokus pada hulu dari proses tersebut.

"Kami bertanggung jawab menyediakan bahan baku dasar yang diperlukan," tuturnya.

MDKA, lanjut dia, berkomitmen untuk mendukung proses hilirisasi yang diinisiasi pemerintah, termasuk pembangunan infrastruktur dan kapasitas produksi bahan baku kendaraan listrik.

Albert menambahkan bahwa dengan adanya investasi dari pabrikan mobil global, proses hilirisasi dan pembangunan industri kendaraan listrik dapat dipercepat.

Baca juga: Upaya BYD Membangun Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia

MDKA berperan aktif dalam program hilirisasi pemerintah untuk memastikan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia berkembang lebih cepat dan efisien.

Namun, Albert juga mencatat tantangan terbesar adalah eksekusi proyek.

"Pembangunan memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit," ujarnya.

MDKA harus memastikan proyek diselesaikan tepat waktu dan sesuai anggaran, sambil menghadapi fluktuasi harga komoditas.

Baca juga: Prabowo Kunjungi Tambak Nila Salin di Karawang yang Bakal Jadi Komoditas Pendukung Makan Bergizi Gratis

Albert menekankan pentingnya perusahaan tambang lokal untuk berpartisipasi dalam hilirisasi, bukan hanya sebagai penyedia bahan baku.

“Di masa lalu, banyak perusahaan Indonesia yang memiliki saham minoritas dalam proses hilirisasi, sementara sebagian besar proses dikendalikan oleh pihak luar. Saatnya perusahaan-perusahaan lokal mengambil peran yang lebih signifikan dalam hilirisasi,” jelas Albert.

“Kami percaya bahwa teknologi bisa berkembang dengan kontribusi beberapa orang, hingga menjadi komunitas. Namun, cadangan mineral adalah hal yang tidak bisa direplikasi,” sambungnya.

Baca juga: RI-Kanada Sepakati Kerja Sama Mineral Kritis dan Transisi Energi

Oleh karena itu, Albert juga mendorong perusahaan-perusahaan lokal harus berperan lebih lagi dalam proses hilirisasi agar bisa mendapatkan manfaat yang lebih besar, dan berkontribusi secara lebih langsung terhadap industri.

Bagikan artikel ini melalui
Oke