KOMPAS.com – PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) menyelenggarakan berbagai pelatihan tentang penggunaan alat berat di Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara.
Pelatihan dilakukan sejak 2019 hingga sekarang dengan jumlah peserta mencapai 17.358 orang. Saat ini, peserta yang sedang menjalani pelatihan berjumlah 800-an orang.
Beberapa pelatihan alat berat yang diberikan, seperti penggunaan excavator, wheel loader, dump truck, dan welder.
Kawasan industri nikel terbesar di Indonesia tersebut sejak awal menaruh perhatian terhadap pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui pelatihan berbagai kemampuan.
Humas IWIP Bilal Sau mengatakan, program pelatihan tersebut adalah upaya IWIP dalam menyiapkan tenaga kerja yang siap dalam dunia industri.
Baca juga: Serap Ide Masyarakat, IWIP Berikan Alat Tangkap Perikanan kepada 20 Nelayan di Halmahera Timur
"Kami berharap angkatan kerja di Maluku Utara bisa terserap secara optimal. Dengan begitu, tingkat pengangguran bisa diminimalkan," tutur Bilal, dikutip dari keterangan persnya, Selasa (4/10/2022).
Perlu diketahui, pada awal 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan angka pengangguran di Halmahera Tengah.
Menurut BPS, turunnya tingkat pengangguran terbuka (TPT) tidak terlepas dari kehadiran IWIP.
“Untuk pelatihan ini, kami memprioritaskan masyarakat Maluku Utara, tetapi tidak menutup kemungkinan dari luar juga bisa ikut bergabung,” katanya.
Bilal menyebutkan, pihaknya juga menyediakan akomodasi dan konsumsi untuk peserta pelatihan selama pelatihan.
Baca juga: Tingkatkan Kompetensi SDM Maluku Utara, IWIP dan Kemenperin Buka Program Setara D1 Pengolahan Logam
Para peserta akan mengikuti pelatihan dalam rentang waktu tertentu. Pada akhir pelatihan, peserta akan mengikuti ujian. Jika dinyatakan lulus, mereka langsung dikontrak menjadi karyawan IWIP.
Puluhan orang berkerumun di sebuah tenda terpal. Di luar, matahari sedang terik-teriknya. Tepat di samping tenda tersebut, sebuah excavator bergerak kaku, tanda minimnya jam terbang si pengemudi.
Di tengah suasana itu, Risal Abdullah (32) sedang menunggu giliran latihan. Risal mengaku, alih-alih melamar sebagai pekerja umum, dirinya lebih berniat untuk mengikuti pelatihan dari IWIP.
“Saya sudah satu bulan dua hari ikut pelatihan ini,” Risal membuka percakapan.
Risal tahu bahwa selama mengikuti pelatihan, ia belum terikat kontrak, sehingga belum memperoleh gaji.
Baca juga: Direktur IWIP Paparkan 3 Keuntungan Indonesia sebagai Produsen Baterai Kendaraan Listrik
“Tak masalah (belum dapat gaji), karena memang saya ingin belajar dulu. Nanti kalau sudah punya skill kan lebih bagus,” ujarnya.
Serupa dengan Risal, Rahmad Ahmad pun lebih memilih mengikuti pelatihan. Ia bahkan rela meninggalkan kampung halamannya di Kotamobagu, Sulawesi Utara.
Jika Risal memilih belajar mengoperasikan excavator, Rahmad lebih menaruh minat pada wheel loader.
Siang itu, Selasa (27/9/2022), adalah hari ketujuh Rahmad mengikuti pelatihan. Wajahnya sumringah ketika ditanya tentang kemampuannya mengoperasikan wheel loader.
“Alhamdulillah dari sebelumnya saya tidak punya skill sama sekali, sekarang sudah bisa berbagai macam teknik,” katanya.
Alasan yang tak jauh berbeda juga dikemukakan Muhammad Rizky Magfirah, peserta pelatihan pengelasan asal Morotai. Bagi Rizky, mengikuti pelatihan di IWIP adalah sebuah langkah untuk keluar dari zona nyaman.
Baca juga: Direktur IWIP Nilai Indonesia Berperan Penting dalam Produksi Nikel Dunia
“Setelah lulus SMA saya berpikir, daripada saya hanya diam di kampung dan tidak melakukan apa-apa, lebih baik saya ikut pelatihan ini. Apalagi ini gratis,” katanya.