KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 berdampak ekonomi bagi berbagai sektor usaha, khususnya sektor wisata. Salah satunya adalah dialami wisata yang menawarkan aktivitas luar ruang, yaitu Hutan Kertas.
Pendiri Hutan Kertas Firdaus Hoerul Baqi mengaku, pihaknya harus ekstra kreatif sekaligus efisien dalam menjaga destinasi wisata ini tetap lestari.
“Saya sampai harus menjual mobil dan motor (sepeda motor dinas) guna menutup biaya operasional,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (28/1/2022).
Pria yang akrab disapa Daus itu menjelaskan, sebelum pandemi pihaknya mengeluarkan biaya operasional dan belanja hingga Rp 5 juta per hari.
“Saat ini, kami benar-benar menekan biaya yang keluar. Saat weekday pada masa pandemi, biaya operasional yang keluar sebesar Rp 300.000 hingga Rp 400.000 per hari,” ujarnya.
Sementara itu, Hutan Kertas mengeluarkan biaya operasional Rp 2-3 juta saat akhir pekan. Perbedaan alokasi ini karena lebih banyak pengunjung saat akhir pekan.
“Pengunjung yang banyak saat weekend juga berarti lebih banyak karyawan part-time, sehingga warga sekitar yang kami berdayakan,” jelasnya.
Terletak di Kampung Gintung, Desa Kutamekar, Karawang, Jawa Barat, persis di sisi pintu keluar Tol Karawang Timur 2, Hutan Kertas bermula dari kejelian para pemuda setempat menangkap potensi lahan Pindo Deli yang dihijaukan oleh tegakan eucalyptus dan acacia.
Daus menyebutkan, kawasan rindang dengan jajaran rapi pepohonan itu sudah lama menjadi lokasi favorit warga–khususnya remaja–untuk bercengkrama, mulai dari sekadar singgah, berkumpul, atau berkemah.
Dalam proposalnya kepada perusahaan di tahun 2017 silam, Daus mengajukan Hutan Kertas sebagai jenama tempat itu agar izin lebih mudah diraih
“Berawal dari banyaknya bahan baku kertas, kami terinspirasi dari sana,” sebutnya.
Hal tersebut pun disambut baik pemilik lahan, yakni PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills. Anak perusahaan Sinar Mas Group itu memberikan izin pemanfaatan lahan dengan syarat dikelola dengan baik, terawat, sekaligus siap melepaskannya jika sewaktu-waktu perusahaan membutuhkan lahan tadi.
Namun, status kerja sama yang lentur dan jauh dari ideal ini belum berdampak bagi kemitraan para pemuda yang datang dengan ide dan niatnya, serta perusahaan yang menyediakan lahannya.
Meski begitu, Hutan Kertas terus berkembang menjadi sentra wisata alam bagi warga Karawang. Belakangan, perkembangan destinasi wisata ini terendus pemerintah daerah, persisnya setahun lalu.
“Pihak pemerintah mendorong kami untuk mengikuti Anugerah Pesona Indonesia, walaupun akhirnya kami tidak memenangkan ajang tersebut,” lanjut Daus.
Daus pun terus berupaya mencari inovasi agar Hutan Kertas semakin maju. Paling anyar, dia sedang menjajaki lokasi untuk outbound bersama karyawannya.
Baca juga: Bantu Pemerintah Atasi Covid-19, Sinar Mas Land Berhasil Vaksinasi Lebih dari 54.000 Orang
Lokasi tersebut sedang ditimbang apakah bentang yang ada cocok bagi penggemar paintball untuk beraksi di sana menggandeng komunitasnya, atau membawa karyawannya melakukan mancakrida di Hutan Kertas.
Sementara itu, di dekat gerbang utama, beberapa pekerja sedang menuntaskan sebuah bangunan.
“Tamu-tamu dari perusahaan berharap ada meeting room khusus di sini, kami membangunnya,” terang Daus.
Hampir lima tahun berdiri, Hutan Kertas yang awalnya memunculkan geliat perekonomian di Kampung Gintung, kini juga menghadirkan juga peran sosial, beserta kontribusi–meski belum lagi masif–dalam konservasi lingkungan.
Mengandalkan tenaga warga sekitar, Hutan Kertas kini dikelola 13 orang dengan bantuan 25 orang pekerja harian. Pada masa ramai sebelum pandemi, Hutan Kertas sempat melibatkan hingga 54 orang pekerja.
Baca juga: Bantu Pasien Covid-19, Sinar Mas Salurkan 1.200 Ton Oksigen Cair di Sumsel dan Jabar
Jika Sinar Mas memiliki hingga tujuh pilar bisnis, Daus dan rekan-rekannya membangun pula unit usaha yang saling melengkapi.
Selain restoran, ada camping ground sebagai fasilitas untuk remaja yang biasa berkemah di situ, wedding organizer karena tempat yang ada tergolong layak Instagram, bengkel sepeda motor, sentra produk kriya dari kayu, hingga gerai sepatu.
Namun, penurunan penjualan menyebabkan tiga unit usaha, yakni sentra produk kriya dari kayu, bengkel motor, dan gerai sepatu harus tutup.
“Namun, kami berharap dapat kembali dibuka ketika keadaan sudah stabil,” ungkap mahasiswa fakultas hukum Universitas Buana Perjuangan Karawang tersebut.
Sebelum pandemi menerjang, Hutan Kertas sempat menjalin kesepakatan dengan Kepolisian Sektor Ciampel untuk mengaktifkan taman lalu lintas. Selain jadi tempat bermain anak, taman ini juga berfungsi sebagai wahana edukasi berlalu lintas.
Baca juga: Saling Bergandengan Tangan, Sinar Mas Ajak Berbagai Pihak untuk Mengatasi Pandemi di Dalam Negeri
Namun, tama lalu lintas tersebut kini mesti menanti waktu hingga dapat kembali dibuka.
“Semua karena pandemi,” kata Daus, tersenyum.
Padahal, keberadaan Hutan Kertas sebelumnya memiliki kontribusi sosial bagi warga sekitar.
Tempat ini bisa dimanfaatkan sebagai lokasi dapur umum oleh aparat desa untuk guna mengolah dan menyalurkan bantuan pangan bagi warga yang tengah menjalani karantina.
Hutan Kertas juga sempat dimanfaatkan sebagai lokasi vaksinasi Covid-19 di lingkup Desa Kutamekar, pada Agustus 2021. Saat itu, akseptor juga diberi kesempatan sekalian berwisata, tentunya dinaungi protokol kesehatan (prokes).
Jiwa sosial tampak lekat dalam dalam pengelolaan Hutan Kertas. Bahkan, para tamu dibebaskan membawa makanan dan minuman dari luar lokasi untuk dinikmati di sana.
Selagi proses membenahi Hutan Kertas berjalan, dan sembari menanti pandemi Covid-19 teratasi, Daus bersama sejawatnya tetap melakukan eksplorasi hal baru, dengan efisiensi menjadi syarat utamanya.
Baca juga: Penuhi Kebutuhan Pasien Covid-19, Sinar Mas Kirim Bantuan Oksigen Cair ke Sumsel dan Jabar
Sementara itu, Pindo Deli juga tidak berhenti menautkan Hutan Kertas sebagai jaringan mereka.
Hasilnya, sekali pun belum menyamai puncak raihan pengunjung pada 2018 hingga 2019 yang mencapai lebih dari 114.300 orang, tempat ini masih berdetak kuat. Hal itu tampak dari pembaruan rutin di akun Instagram resmi mereka.
Terkait status Hutan Kertas, Pindo Deli juga berupaya agar wisata alam ini dapat berlanjut dengan landasan legal yang lebih kuat.
Public Relations and CSR Team Coordinator PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills, Andar Tarihoran mengatakan, dengan multi peran yang mampu direngkuh, pihaknya akan mengupayakan status Hutan Kertas ke manajemen perusahaan.
Dia juga mengatakan, pihaknya setuju dengan Daus bahwa dengan status yang lebih kuat, Hutan Kertas berpeluang menjadi pembayar pajak.
Tak hanya itu, Hutan Kertas pun berpeluang menikmati Bantuan Insentif Pemerintah dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Baca juga: Dukung Potensi Akademik dan Sosial Anak, Sinar Mas Renovasi PAUD Kasih Bunda
Keberadaan sentra wisata seluas 1,5 hektar (ha) tersebut saat ini juga telah menyumbangkan wawasan ke masyarakat setempat akan usaha kecil dan menengah (UKM) yang produktif.
“Kalau dulu identik sebagai tempat anak muda mabuk, dan berlaku asusila, kini tidak lagi. Kebakaran yang sempat terjadi tanpa sengaja juga kini sudah menjadi kisah lama,” ujar Andar.