KOMPAS.com - Sinar Mas Board Member, Franky O. Widjaja mengatakan, situasi Pandemi Covid-19 adalah kesempatan bagi Sinar Mas menguji diri.
“Menguji dalam hal bagaimana keberlanjutan usaha dapat tetap berlangsung, dan seluruh karyawan terjaga mata pencaharian serta kesehatannya,” ujar Franky.
Pernyataan itu ia sampaikan saat mengawali forum dialog online “Innovation for the Future, Economic Outlook: Peran Swasta dalam Pemulihan Ekonomi menuju Indonesia 2021,” via aplikasi Zoom, Kamis (8/10/2020).
Menurut Franky, pandemi Covid-19 juga bentuk ujian bagi kepedulian terhadap sesama. Oleh karena itu, dari kalangan usaha merespon dengan berdonasi untuk para petugas medis senilai Rp 650 miliar.
Baca juga: 8 Siswa Suku Sakai Kandis Raih Impian lewat Beasiswa Sinar Mas
“Melalui Kamar Dagang dan Industri (Kadin) sebagai penggagas donasi, menyalurkan dana tersebut untuk peralatan kesehatan dan suplemen Kesehatan lewat Pengusaha Peduli Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” kata Franky.
Franky turut menjelaskan, banyak kebijakan maupun inisiatif yang dilakukan negara besar dalam menghadapi pandemi. Biasanya mereka berupaya mengucurkan dana yang sangat besar hingga mencapai triliunan dollar AS.
“Indonesia tidak memiliki dana sebesar itu, namun memiliki kebersamaan. Dengan itu, mudah-mudahan membantu kita melalui krisis ini,” harap Franky.
Adapun pertimbangan mendahulukan kesehatan pula yang menjadikan Sinar Mas terus bergerak.
Setelah mendonasikan peralatan pelindung diri, uji cepat, serta ventilator lewat Pengusaha Peduli NKRI. Franky bersama Sinar Mas Board Member lainnya, Teguh Wijaya ikut menggagas kegiatan positif lainnya berupa donasi obat herbal Lian Hua.
Hal itu disampaikan langsung Managing Director Sinar Mas Gandi Sulistiyanto.
“Dengan menggandeng Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan Kadin, obat herbal Lian Hua hingga kini sudah tersalurkan lebih dari 1 juta kapsul kepada karyawan kami maupun masyarakat luas,” ujar Sulistiyanto.
Sulistiyanto menyampaikan, belakangan ini pihaknya bersama para tokoh masyarakat dan industri bergabung dalam Gerakan Pake Masker.
Gerakan yang telah mendapatkan restu dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini, turut aktif melakukan donasi serta kampanye publik akan pentingnya pemakaian masker yang benar.
Baca juga: Lewat Program PSR, Sinar Mas Agribusiness and Food Berusaha Tingkatkan Produktivitas Sawit Petani
“Karena vaksin yang dapat kita akses saat ini adalah mengenakan masker dengan baik, maka sangat perlu untuk mematuhi protokol kesehatan,” ujar Sulistiyanto.
Dalam kesempatan ini, Sinar Mas menjadikan pandemi Covid-19 sebagai momentum memperkokoh budaya inovasi, menyempurnakan rantai pasok, sekaligus menjangkau potensi ekonomi masyarakat luas.
Momentum tersebut turut menjadi bahasan dalam peringatan hari jadi Sinar Mas ke-82, yang jatuh pada 3 Oktober 2020.
“Dalam hidup ini, kesehatan adalah prioritas utama, ekonomi selanjutnya. Apabila keduanya tak terpenuhi, akan timbul berbagai permasalahan sosial,” imbuh Franky.
Pada kesempatan yang sama Ekonomi Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Aviliani menilai, langkah Sinar Mas dengan menggandeng usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) setempat adalah contoh inovasi yang belum dilakukan perusahaan lain.
“Dengan menggandeng UMKM masuk ke dalam rantai pasok perusahaan, ini dapat menaik kelaskan UMKM,” ujar Aviliani.
Adapun upaya tersebut telah dilakukan sejumlah pilar bisnis Sinar Mas melalui program Desa Makmur Peduli Api.
Aviliani menambahkan, dengan pendampingan yang dilakukan nantinya mampu meningkatkan pendapatan UMKM secara signifikan.
Baca juga: Klaster O2+ Urban Pop Fase 1 Habis dalam Waktu Singkat, Sinar Mas Land Buka Fase ke 2
“Bahkan, mereka berbangga hati karena bisa membayar pajak, dan meninggalkan praktik perambahan hutan,” ujar Aviliani.
Dalam hal ini, Aviliani mengambil contoh langkah Asia Pulp and Paper Group (APP) Sinar Mas melalui PT Wirakarya Sakti di Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi.
“Perusahaan tersebut sudah melibatkan badan usaha masyarakat sebagai pemasok pupuk mereka,” imbuh Aviliani.
Sebelumnya, Aviliani juga mengidentikkan inovasi dengan akses ke permodalan, teknologi serta sumber daya manusia (SDM), yang justru tidak dimiliki oleh usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Baca juga: Dukung Pemerintah Kembangkan SDM, Sinar Mas dan Grup Astra Bangun Gedung Vokasi
Aviliani pun menyarankan, pemerintah melalui Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang baru saja disetujui dapat menyediakan skema insentif bagi perusahaan beserta UMKM yang mampu bersinergi dalam rantai pasok.
“Selagi peraturan turunannya belum keluar, perlu ada insentif kepada perusahaan dan UMKM yang mau bersinergi,” Kata Aviliani.
Dengan demikian, lanjut dia, UMKM tidak lagi dianggap selaku pihak pedagang semata. Namun, berkesempatan meningkatkan nilai tambahnya dengan masuk ke dalam supply chain korporasi.
Senada dengan Aviliani, menurut Franky hal ini sejalan dengan inisiatif sektor usaha di bawah naungan Kadin lewat ajang Jakarta Food Security Summit.
Baca juga: Aset Sinar Mas Group Rp 737 Triliun, Freddy Widjaja Dapat Rp 1 Miliar
Gelaran tahunan yang akan memasuki penyelenggaraan ke-5 tahun ini, mendukung pendanaan berkesinambungan melalui skema keuangan inovatif.
Skema tersebut menghubungkan para petani, koperasi, perusahaan penyerap produk petani (offtaker), termasuk penjamin pendanaan (avalist) dan perbankan.
“Ada sisi permintaan, ada pendampingan, good agriculture practice. Termasuk science based agriculture, yang semua menjadi kesatuan,” pungkas Franky.
Sementara itu, Rektor Universitas Indonesia (UI), Ari Kuncoro mengatakan, kita harus belajar dari Korea Selatan ( Korsel) agar mampu bersaing di kancah internasional.
Sebelumnya, Ari mengilustrasikan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu negara tak hanya bersandar pada kekayaan sumber daya alam (SDA).
“Tingkat kesejahteraan masyarakat juga bergantung pada kualitas sumber daya manusia (SDM) serta tingkat inovasi,” ujar Ari.
Inovasi tersebut berbasis pada kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), serta tata kelola kelembagaan. Hal ini disebut juga sebagai endogenous economic growth atau pertumbuhan ekonomi endogen yang diperkenalkan ekonom Paul Romer.
Baca juga: Begini Cara APP Sinar Mas Pertahankan Populasi Gajah Indonesia yang Kritis
Adapun Korsel pada akhir dekade 70-an melakukan pembangunan dengan memadukan intervensi pemerintah melalui proteksi, insentif, termasuk subsidi bagi pelaku industrinya
“Cara ini dilakukan pula oleh Indonesia, hanya saja Korsel tak berhenti sampai di situ,”
Ari menjelaskan, ketika instrumen yang diterapkan Korsel tak lagi sesuai dengan ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Terlebih kemajuan perekonomian memunculkan aspirasi peningkatan upah pekerja yang membuat rezim buruh murah tak lagi berdaya saing,
“Mereka berinovasi mengefisienkan birokrasi, infrastruktur serta kegiatan penelitian dan pengembangan yang berbasis pada perguruan tinggi,” ujar Ari.
Baca juga: Anak Pendiri Sinar Mas Kembali Gugat Hak Warisan
Menurut Ari, dana riset yang mengalir ke perguruan tinggi, menjadikan kampus sebagai pusat penelitian, dan pengembangan (litbang) yang ekonomis penghasil beragam paten yang dicari industri.
Hasilnya, seperti Korea Selatan sekarang yang menjadi salah satu negara berorientasi ekspor paling sukses di dunia.
Langkah pemerintah menggandeng kampus beserta sektor industri menurut Ari lazim dikenal dengan sebutan triple helix.
Tak hanya itu, lanjut Ari, Korsel memasuki pula industri kreatif dengan mengekspor budaya mereka mulai dari makanan, musik, film, hingga gaya berbusana, semua dikemas saling terhubung.
Baca juga: Sinar Mas Land Tawarkan Hunian Sehat Seharga Rp 900-an Juta di Grand Wisata Bekasi
“Dalam sinetron kita dapat melihat ada kuliner khas, gaya berpakaian, Korean Pop atau K-Pop, tujuan wisata andalan,” imbuhnya.
Semua bidang tersebut dilengkapi teks berbahasa Inggris. Ini adalah hal yang tidak dilakukan oleh tayangan hiburan serupa asal Jepang maupun Tiongkok.
Cara seperti itu, dinilai Ari mampu membuat produk budaya mereka menyebar, digandrungi di seluruh dunia.
Ari meyakini, soal kreativitas, Indonesia tidak kalah dengan Korsel.
“Namun, budaya inovasi belum lagi kuat terbangun, sehingga sektor industri seperti Sinar Mas dapat mengadopsi skenario sukses yang dilakukan Korsel,” terangnya.
Baca juga: Aset Sinar Mas Group Rp 737 Triliun, Freddy Widjaja Dapat Rp 1 Miliar
Menanggapi pernyataan Ari, Franky mengungkapkan ini bukan perkara sederhana.
Namun, Franky mengingatkan Sinar Mas memiliki landasan untuk melakukannya berbagai program yang telah berjalan atau akan dilaksanakan.
“Seperti yang diberikan Pak Eka Tjipta Widjaja saat 82 tahun silam. Di usia 15 tahun memulai bisnis pada masa penjajahan, ketidakpastian serta gejolak,” ungkap Franky.
Hal Ini, kata Franky, bukan hanya visi entrepreneurship, namun juga nilai-nilai ketekunan, integritas serta inovasi.
Baca juga: Begini Cara APP Sinar Mas Pertahankan Populasi Gajah Indonesia yang Kritis
Sebagai informasi, dalam agenda forum tersebut turut hadir Ketua Umum Kadin Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani bersama Duta Besar RI Suryopratomo yang juga menjadi moderator.
Selain mereka, lebih dari 500 viewer via aplikasi video conference Zoom dan 2.500 orang lainnya turut menyimak lewat akun YouTube Sinar Mas live streaming.