KOMPAS.com – APP Sinar Mas terus berupaya meningkatkan produksi jahe merah dan madu, terutama dalam menghadapai pandemi coronavirus disease 2019 ( Covid-19).
Keduanya merupakan bahan yang sering digunakan masyarakat Indonesia untuk jamu atau ramuan penambah imunitas tubuh.
Cara yang dilakukan APP Sinar Mas adalah dengan mengadakan desa binaan Desa Makmur Peduli Api (DMPA).
Salah satu DMPA proodusen jahe merah adalah Desa Dataran Kempas, Jambi yang merupakan binaan PT Wirakarya Sakti (WKS) selaku salah satu unit usaha APP Sinar Mas.
Baca juga: Datangkan 1 Juta Rapid Test Kit Corona, Pengusaha dan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Galang Donasi
Budi daya jahe merah di sana sudah dimulai sejak 2017 dengan melibatkan 130 anggota Kelompok Wanita Tani Mekar Wangi dengan ketuanya Rita Wulandari.
Tak hanya sekadar menanam. Jahe merah juga diolah menjadi serbuk, serta makanan dan minuman berbahan dasar jahe.
Produksi jahe merah pun terus meningkat selama pandemi Covid-19, dari 150-200 kilogram (kg) per bulan menjadi 350 kg.
“Sejak pandemi, banyak orang mencari jahe. Pendapatan kami naik hingga 50 persen,” kata Rita dalam keterangan tertulis.
Baca juga: Kemenristek Uji Klinis Jahe Merah, Jambu Biji, dan Minyak Kelapa untuk Obat Tangkal Covid-19
Produk jahe merah pun didistribusikan ke beberapa daerah di Jambi, Sumatera Selatan, Riau, dan Jakarta melalui pemesanan langsung atau online, juga minimarket.
Rita melanjutkan, desanya sampai berpindah dari bertanam sawit menjadi bertanam jahe untuk memenuhi permintaan pasar.
“Saya juga bekerja sama dengan desa tetangga sebagai penyedia bahan baku. Semoga dengan ini, makin banyak masyarakat yang mandiri secara ekonomi,” uhar dia.
Program DMPA pun membuat Rita dan kelompoknya mendapat banyak ilmu tentang metode pertanian berkelanjutan untuk mencegah kebakaran hutan.
PT WKS juga memberi bantuan berupa polybag dan pupuk kompos. Keberhasilan kelompok tani ini pun menginspirasi munculnya petani lain di 10 desa dari 5 kecamatan di Jambi.
Sementara itu, Desa Bahta, Kalimantan Barat menjadi salah satu anggota DMPA yang dibina PT Finnantara yang berfokus pada produksi madu kelulut.
Pandemi Covid-19 pun membuat permintaan madu kelulut meningkatm sehingga membuat masyarakat termotivasi untuk membudidayakan madu itu.
Kini, produksi madu di Desa Bahta mencapai 100 kg per bulan yang didistribusikan ke berbagai daerah, seperti Jakarta, Yogyakarta, Pontianak, dan Kapuas Hulu.
Salah satu peternak lebah di Desa Bahta bernama Togos mengatakan, APP Sinar Mas memang sejak awal membantu pemasaran produk.
Baca juga: Bisa Naikkan Libido, Ini 5 Manfaat Jahe Merah untuk Kesehatan
“Biasanya, 120 kilogram (kg) madu baru terjual dalam sebulan. Sekarang, langsung habis dalam satu minggu,” ujar dia.
Masyarakat juga mendapat edukasi seputar pencegahan penularan Covid-19, seperti menjaga kebersihan dan social distancing.
Togos bersama Forum Peternak Madu Kelulut juga menyumbangkan madu untuk tenaga kesehatan di beberapa rumah sakit Kota Pontianak.
Menurut Coroporate Social and Security Head APP Sinar Mas Agung Wiyono, budi daya jamu dapat membuka mata pencaharian alternatif bagi masyarakat anggota DPMA.
Hal itu karena konsumsi jamu kesehatan merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Indonesia.
Dengan demikian, kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dapat meningkat. Mereka tak perlu lagi melakukan praktik tebang-bakar.
Program kemitraan tersebut pun mendapat apresiasi dari Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Bambang Hendroyono.
Baca juga: Jahe dan Kunyit: Manfaat hingga Efek Samping
“Keberhasilan kemitraan yang dikembangkan APP Sinar Mas perlu dicontoh dan dikembangkan di daerah lain,” ujar dia.
Menurut Bambang, program itu dapat membantu masyarakat menciptakan bisnis usaha kecil menengah yang madniri, terutama di masa penuh tantangan seperti saat ini.