KOMPAS.com - Swasembada pangan kembali menjadi perhatian utama pemerintah Indonesia. Presiden RI Prabowo Subianto menegaskan bahwa kedaulatan pangan merupakan fondasi kekuatan nasional, terutama di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian.
Salah satu cara mempercepat tercapainya swasembada pangan adalah mendorong penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) modern.
Harfia Construction Machinery, sebagai penyedia alsintan nasional, menghadirkan berbagai inovasi teknologi untuk mendukung produktivitas petani.
Salah satu produk unggulannya adalah Combine Harvester Harfia HRC-110 Max, mesin panen yang menggabungkan tiga pekerjaan sekaligus, sehingga memangkas waktu panen secara signifikan.
Kehadiran Harfia menjadi jawaban nyata atas sejumlah tantangan di sektor pertanian Indonesia. Sebagai penopang ekonomi nasional, pertanian masih menghadapi tiga tantangan utama.
Baca juga: Sektor Pertanian Tumbuh Signifikan, Topang Ekonomi RI Kuartal II-2025
Pertama, berkurangnya jumlah tenaga kerja pertanian karena banyak anak muda lebih memilih mencari peluang kerja di kota besar dibandingkan bertani.
Kedua, luas lahan pertanian yang kian menyusut akibat pembangunan infrastruktur.
Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025 mencatat adanya penyusutan luas lahan panen sebesar 1,64 persen, dari 10,21 juta hektar (ha) pada 2023 menjadi 10,05 juta ha pada 2024.
Dampaknya, produksi gabah pada 2024 turun menjadi 53,14 juta ton gabah kering giling (GKG) atau menurun 1,55 persen dari 53,98 juta ton GKG pada 2023.
Ketiga, perubahan iklim, seperti fenomena El Nino dan La Nina, yang ikut memengaruhi kesuburan tanah dan kualitas panen.
Baca juga: Kebakaran Lahan Gambut Akibat El Nino Bisa Terulang pada 2027
Traktor HTR-855, produk unggulan Harfia Construction Machinery.Untuk menghadapi tantangan di sektor pertanian Indonesia, Harfia berkomitmen menghadirkan alsintan modern yang mampu meningkatkan efisiensi kerja petani.
Berdasarkan data Harfia, HRC-110 Max dapat membantu petani memanen 1 ha sawah hanya dalam waktu empat jam.
Alat tersebut mampu memangkas waktu panen jauh lebih cepat dibandingkan dengan cara manual yang membutuhkan hingga satu minggu.
Efisiensi ini tidak hanya menghemat tenaga kerja, tetapi juga menekan potensi kehilangan hasil panen akibat keterlambatan.
Baca juga: Cerita Petani di Banyuwangi, Kerja Serabutan demi Tutupi Hasil Panen yang Gagal
Selain HRC-110 Max, Harfia juga menyediakan traktor HTR-855 untuk lahan sawah hingga hortikultura, serta engine pump yang mempercepat irigasi di musim kemarau.
Kehadiran alsintan berteknologi tinggi tersebut dinilai mampu menjawab kebutuhan petani.
Saat ini, alsintan Harfia sudah digunakan di berbagai daerah, dari Aceh hingga Merauke, untuk membantu petani mempercepat pengolahan dan pembukaan lahan, serta memperlancar panen di musim hujan.
Manfaat penggunaan alsintan modern juga telah terbukti secara global. Menurut data Food and Agriculture Organization (FAO), alsintan modern dapat meningkatkan produktivitas 30–50 persen serta menekan potensi kehilangan hasil panen hingga 60 persen.
Baca juga: Ramai PHK dan Susah Dapat Kerja? FAO Ajak Lirik Sektor Pertanian
Oleh karena itu, penggunaan alsintan modern diyakini mampu berkontribusi memperkuat fondasi ketahanan pangan nasional.
China menjadi contoh bahwa modernisasi alsintan merupakan kunci untuk mewujudkan kemandirian pangan.
Meski luas lahan terus menyusut, Negeri Tirai Bambu ini berhasil memenuhi kebutuhan pangan lebih dari 1,4 miliar penduduknya dari produksi dalam negeri.
Sejak awal 2000-an, pemerintah China menggelontorkan subsidi Rp 20 triliun per tahun untuk membantu petani membeli traktor, mesin pengolahan lahan, mesin tanam, hingga mesin panen.
Baca juga: Soal Janji Beli 1.000 Alsintan di Madiun, Kementan: Tak Ada Kontrak Resmi
Bersamaan dengan itu, pemerintah China juga gencar memberikan edukasi penggunaan alsintan berteknologi tinggi kepada petani.
Upaya yang diterapkan China sejalan dengan strategi Harfia di Indonesia. Selain menghadirkan alsintan modern, Harfia juga rutin menggelar pelatihan langsung maupun edukasi digital agar petani tidak hanya memiliki mesin, tetapi juga memahami cara penggunaannya secara optimal.